Ada satu orang pribadi yang
paling berkesan selama saya berada di gereja Jogja dulu. Sebut saja pribadi ini
adalah Ibu Indah. Saya masih ingat saat-saat dimana ia bercerita mengenai
pelayanan yang dilakukannya sejak ia masih remaja. Pada saat usianya menginjak
usia 30an, Ibu Indah, mengalami sakit di bagian tubuhnya. Karena sakit tersebut tidak bisa tertahankan, ia memutuskan untuk pergi berkunjung ke rumah sakit.
Betapa hancur hati Ibu Indah
setelah ia menerima vonis dari dokter tentang penyakitnya yang cukup parah.
Kanker payudara, sudah masuk tahap yang cukup serius sehingga operasi pun belum
tentu memastikan dirinya bisa selamat. Ia menyadari kalau penyakitnya ini dapat merenggut nyawanya sewaktu-waktu.
Pergumulan ini sangat berat buat
Ibu Indah. Ia merupakan seorang pendoa dalam pelayanan. Ia terus bertekun dalam
berdoa untuk meminta kesembuhan dari Tuhan. Sebulan, dua bulan, kian lama penyakit Bu Indah ini makin parah, bahkan terakhir ia mengalami komplikasi.
Di saat hatinya mulai berkecamuk,
ia berkata, "Kenapa harus aku yang menderita sakit ini, Tuhan?" Bu
Indah mulai mempertanyakan keberadaan Tuhan dan keadilan Tuhan dalam hidupnya.
Ibu Indah, serajin apapun ia beribadah, tetap merasakan kecewa dan marah kepada Tuhan saat menderita dalam kesakitannya ini.
Di suatu malam saat ia sedang
berdoa, Tuhan membawanya pada
satu ayat, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan
bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” (Mazmur 73:26).Bu Indah mulai
mengingat setiap kebaikan Tuhan atas hidupnya. Pada malam itu juga, ia mulai berkomitmen untuk tetap setia kepada Tuhan.
“Mau Tuhan sembuhkan atau tidak, saya akan tetap bersyukur dan tetap melayani Tuhan sampai akhir.” Ucapan ini yang membuat saya dan teman-teman lainnya merinding saat mendengar cerita kesaksian Ibu Indah.
Baca juga: Jaga Gambar Diri Dengan Stop Kebiasaan Body Shaming
Kini, meski Ibu Indah sedang bergumul dengan
rasa sakitnya, tidak pernah sekalipun ia mengeluh dan memaksa Tuhan untuk
memberikannya kesembuhan. Justru dalam kesakitannya inilah, ada banyak orang
yang menerima berkat dari Ibu Indah, termasuk saya, dan mungkin juga saudara yang membaca cerita ini.
Seberapa besar sih sebenarnya persoalan kita?
Apakah kita mengalami penyakit yang cukup parah? Kalau kita menempatkan fokus pada
rasa sakit dan penderitaan tersebut, maka kita tidak akan pernah bisa melihat rencana indah dari Tuhan dalam kehidupan kita.
Rasul Paulus mengingatkan kita dalam 1
Korintus 15:58, "Karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah
teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."
Tuhan selalu memperhitungkan kesetiaan dan
pengorbanan kita sepanjang perjalanan kehidupan kita menjadi anak-anakNya.
Karena itu, meski dalam kesusahan, janganlah sekalipun kecewa kepada Tuhan,
putus asa, atau malah berpaling dariNya. Jadikanlah Tuhan sebagai gunung batu. Mintalah
kehendakNya terjadi dalam kehidupan kita dan berjalanlah senantiasa dalam
pimpinan Roh Kudus.